Sabtu, 17 Agustus 2013

APRESIASI PUISI

KRAWANG BEKASI
Kami yang kiniterbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisateriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakahyang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kamimaju dan mendengar hati ?

Kami bicarapadamu dalam hening di malam sepi
Tidak ada rasahampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda.Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah cobaapa yang kami bisa
Tapi kerja belumselesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa.

Kami Cumatulang-tulang berserakan
Tapi adalahkepunyaanmu
Kaulah lagi yangtentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kamimelayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak untukapa-apa,
Kami tidak tahu,kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarangyang berkata

Kami bicarapadamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasahampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglahkami
Teruskan,teruskan jiwa kami
Menjaga BungKarno
Menjaga BungHatta
Menjaga BungSjahrir

Kami sekarangmayat
Berikan kamiarti
Berjagalah terusdi garis batas pernyataan dan impian

Kenang,kenanglah kami,
Yang tinggaltulang-tulang diliputi debu
Beribu kamiterbaring antara Krawang-Bekasi

( Chairil Anwar 1948 )
Brawidjaia, jilid 7 no 16, Th 1957
            Puisi Krawang Bekasi karya ChairilAnwar adalah salah satu puisi yang ditulis pada tahun 1957. Puisi inisebenarnya merupakan bentuk pengharapan batin sang penulis terhadap kondisiyang ada. Pengharapan tersebut didasarkan pada perlakuan terhadap para pahlawanyang gugur dan dimakamkan di sepanjang jarak Krawang – Bekasi.           

1. Analisis Intrinsik
            Bagian-bagian yang secara langsungmengkonstruksi karya sastra.
v  Nature of poetry / Hakekat Puisi :
Ø  Sens= Tema
      Puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar bertemakan Perjuangan/ Kepahlawanan. Hal ini tercantum dalam kata : Merdeka dan Angkat senjata.
Ø  Tone= Nyata
      Pada kalimat bahwa mereka sudah tidak dapat berteriak lagi. Kami yang kini terbaring antaraKrawang-Bekasi. Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.Maksudnya,orang yang sudah meninggal tentu saja sudah tidak dapat bicara lagi. Tetapi merasayakin bahwa tidak ada yang lupa terhadap deru semangat saat maju ke medanperang. Tapi siapakah yang tidak lagimendengar deru kami. Ungkapa mereka telah tidur panjang dipemakaman sepanjangKarawang Bekasi. Dituangkan dalam kalimatKamisekarang mayat.
Ø  Feeling= Rasa
      Dengan kepiawaian yang dimilikinya, Chairil Anwar telahmenuliskan segala apresiasinya terhadap kondisi dan perasaan para pahlawan yangtelah gugur dalam perjuangannya memberikan kemerdekaan bagi bangsa dannegaranya. Kami Cuma tulang-tulangberserakan, Tapi adalah kepunyaanmu, Kaulah lagi yang tentukan nilaitulang-tulang berserakan. Kata-kata ini merupakan satu cara Chairil untukmengingatkan kita terhadap segala jasa dan perjuangan yang telah dilakukan olehpara pahlawan.
Ø  Intenstion= Pesan/tujuan
      Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisaberkata. Kaulah sekarang yang berkata, adalah kalimat ungkapanyang dituliskan oleh Chairil Anwar sebagai bentuk harapan tulus tanpa tendensiapa- apa. Kenang, kenanglah kami  Chairil hanya ingin keberadaan mereka tidakdilupakan begitu saja, sebab bagi Chairil, negeri ini adalah jiwanya. Negeriini adalah hati dan segala rasa yang ada di dalam jiwanya.

v  Methode of poetry / MetodePencitraan Puisi :
Ø  Dictiaon/PilihanKata
      Walaupun Chairil mati muda, tetapi semangat Chairil tetapmembara dan terus membahana di langit malam yang sepi. Chairil selalu berharapagar pada mala-malam sepi dan hening, keberadaan Chairil tetap dikenang sebagaisosok yang tiada henti berjuang untuk kemerdekaan batinnya yang saat ituterbelenggu keadaan. Chairil menyadari bahwa Chairil hanya tulang-tulangbelulang yang berserakan, dan kaulah lagiyang tentukan nilai dari tulang-tulang tersebut, merupakan pilihan katayang sangat tepat untuk mengungkapkan perasaan Chairil Anwar pada masa – masayang dihadapi saat itu.
Ø  CongcretWord/Kata Kongkret
      Chairil mengungkapkan kata tidur panjang dipemakaman sepanjangKarawang Bekasi.Kami sekarang mayat. Menngungkapkanbahwa kata ini nyata kalau mereka para Pahlawan telah menjadi mayat/tulangbelulang. Yang tinggal tulang-tulangdiliputi debu. maksudnya telah mati menjadi tulang dipendam dalam tanah.
Ø  FiguratifeLanguade/ Gaya Bahasa
      Meskipun mereka telah terbaring dalam pemakaman, tetapi merekatetap memberikan semangat perjuangan yang tidak ada habisnya. Inilahpengharapan tak terbatas Chairil yang sepertinya ingin dia katakan. Kami sudah coba apa yang kami bisa, Tapikerja belum selesai,  Walaupunsebenarnya mereka telah menjadi tulang belulang yang berserakan di sepanjangjalan Karawang Bekasi. Yang terungkap dalam kata Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian.
Ø  Imagane/Pencitraan/Penalaran
      Dibayangkan oleh Chairil Anwar bahwa sebenarnya para pahlawanitu selalu berkomunikasi dengan kita, generasi penerus. Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi. Mereka selalumengingatkan agar kita melanjutkan segala perjuangan  yang telah dilakukan. Mereka tidak inginkemerdekaan yang telah didapat hilang begitu saja tanpa upaya untuk menjagaatau Mengembangkan menjadi lebih baik. Berjagalahterus di garis batas pernyataan dan impian.Puisi Karawang Bekasi karyaChairil Anwar seakan merupakan jembatan mereka untuk menghubungi kita, generasimuda.
Ø  Rhytem/Sajak
      Dalam pengambilan sajak pada puisi Krawang-Bekasi, ChairilAnwar berusaha menggunakan sajak bebas. Hal ini dikarenakan Chairil Anwar inginmendobrak aturan-aturan yang membelenggu jiwanya terhadap kondisi yang ada saatitu.
Puisi Krawang-Bekasiterdiri dari 9 bait yang setiap baitnya juga berisi baris yang tidak sama :
Bait kesatu terdiridari empat baris bersajak aaaa.
Bait kedua terdiri dariempat baris bersajak abca
Bait ketiga terdiridari dua baris bersajak aa
Bait keempat terdiridari tiga baris bersajak aba
Bait kelima terdiridari empat baris bersajak aaaa
Bait keenam terdiridari dua baris bersajak ab
Bait ketujuh terdiridari lima baris bersajak aabca
Bait kedelapan terdiridari tiga baris bersajak aba
Bait kesembilan terdiri dari tigabaris bersajak aba
  
2. Analisis Makna Tutur

Peristiwa I
            Para pahlawan yang dimakamkansepanjang jarak Karawang – Bekasi mengatakan pada kita bahwa mereka sudah tidakdapat berteriak lagi. Tetapi mereka merasa yakin bahwa tidak ada yang lupaterhadap deru semangat saat mereka maju ke medan perang. Mereka telah tidurpanjang dipemakaman sepanjang Karawang Bekasi.
Peristiwa II
            Semangat perjuangan mereka begitubergelora, walau kemudian mereka harus terpaksa mati muda. Tetapi semangatkepahlawanan mereka tidak pernah padam. Setiap saat rasanya mereka bangkit danikut maju ke medan laga. Bagi mereka, pekerjaan belum lah selesai. Mereka sudahberusaha sekuat tenaga, tetapi kematian telah menyergap mereka sehingga tidakdapat lagi membuat perhitungan  atasgugurnya 4 sampai 5 ribu sahabat mereka.           
Peristiwa III
            Mereka hanya ingin keberadaan merekatidak dilupakan begitu saja, sebab bagi mereka negeri ini adalah jiwanya.Negeri ini adalah hati dan segala rasa yang ada di dalam jiwanya.
            Bila kita kaji secara utuh, ketigaperistiwa yang tergambar pada puisi di atas saling terjalin secara kausalitas.Peristiwa I mengakibatkan Peristiwa II, dan Peristiwa II menjadikanterbentuknya Peristiwa III.
            Ketiga peristiwatersebut membangun satu peristiwa utuh yang menggambarkan perjuangan paraPahlawan pada masa-masa kondisi yang serba sulit. Pada Peristiwa I, menggambarkan bahwa mereka parapahlawan yang telah gugur dalam perjuangannya memberikan kemerdekaan bagibangsa dan negaranya, mengingatkan kita terhadap segala jasa dan perjuanganyang telah dilakukan oleh para pahlawan.
            Melalui puisi Chairil Anwar di atas,kita dapat memperoleh gambaran sebuah peristiwa sejarah tentang perjuangan paraPahlawan dalam menghadapi kondisi dan keadaan yang terjadi saat itu. Saya akanberusaha menguraikan makna keseluruhan puisi di atas, melalui peristiwa demiperistiwa yang terjalin secara kausalitas tersebut.
            Meskipunmereka telah terbaring dalam pemakaman, tetapi Pada Peristiwa II, mereka tetap memberikan semangat perjuangan yangtidak ada habisnya. Inilah pengharapan tak terbatas yang sepertinya inginmereka katakan. Walaupun mereka mati muda, tetapi semangat mereka tetap membaradan terus membahana di langit malam yang sepi. Mereka selalu berharap agar padamala-malam sepi dan hening, keberadaan mereka tetap dikenang sebagaisosok-sosok yang tiada henti berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan negaranyaini. Mereka menyadari bahwa mereka hanya tulang-tulang belulang yangberserakan, dan kita yang menentukan nilai dari tulang-tulang tersebut.
            Mereka selalu mengingatkan Pada Peristiwa III, agar kitamelanjutkan segala perjuangan  yang telahdilakukan. Mereka tidak ingin kemerdekaan yang telah didapat hilang begitu sajatanpa upaya untuk menjaga atau mengembangkan menjadi lebih baik. Mereka tetapberharap untuk dapat menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga BungSyahrir. Mereka tidak rela para pemimpin negeri mengalami hal-hal yang tidakdiinginkan. Oleh karena itulah, mereka menitipkan dan berharap agar parapimpinan tetap dijaga.
           
3.Simpulan
            Untuk lebih memahami makna puisi,maka kita harus membuat metodestruktural dan semiotik puisi. Hal ini untuk membongkar ceritadi balik puisi-puisi itu. Dengan demikian maka para pembaca puisi tidakkesulitan saat memahami isi puisi. Dan pada akhirnya hal tersebut menjadikankita semakin mencintai puisi, karena kita dapat mengerti latar belakang puisiyang diciptakan pengarangnya.
            Memang bukan pekerjaan yang mudah memahamipuisi Chairil Anwar, karena sumber dari puisi tersebut sudah tidak ada, ChairilAnwar sudah meninggal. Tetapi justru karena itulah, maka kita mempuinyaikebebasan untuk mengapresiasi karya puisi Chairil Anwar secara maksimal.
            Puisi adalah karya bebas yangmemberikan kesempatan seluasnya bagi para pembaca untuk mengapresiasi danmengambil makna yang terkandung di dalamnya. Tentunya hal tersebut menjadikansemakin semaraknya kegiatan kesusasteraan di negeri ini. Dan pada akhirnya haltersebut menjadikan semakin banyak bermunculan sastrawan –sastrawan muda dinegeri ini.


By: LEO JUNAIDI
DaftarPustaka :

Nyoto Harjono. 2012. Analisis Diksi Dalam PuisiMemahamiPuisi Melalui Analisis Struktural Dan Simiotik Sebagai Sarana Pembelajaran.Salatiga : Makalah.Sastra
Nyoto Harjono, Philipus Pirenomulyo. 2009. KajianBahasa Indonesia. Salatiga : Widya Sari.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra.Bandung: Angkasa.
Teeuw, A.. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta:Gramedia.

1 komentar: